Purwokerto, 5 November 2025 — Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) melanjutkan rangkaian AI Fundamentals in Action: SLR and SSR Training dengan sesi pelatihan hari kedua bertema “Molecular Tools for Fisheries: Designing DNA Microsatellite Primer for Intensive Breeding Programs.” Setelah hari pertama membahas penerapan kecerdasan buatan (AI) dalam tinjauan pustaka sistematis, kini peserta diajak menyelami dunia bioteknologi molekuler yang menjadi dasar inovasi dalam pemuliaan dan konservasi sumber daya perikanan.
Pelatihan dimulai dengan antusiasme tinggi dari peserta yang telah memenuhi Ballroom lantai Gedung Akademik Terpadu (IAB) UNSOED sejak pagi. Suasana terasa aktif dan kolaboratif, mencerminkan semangat lintas disiplin dari para dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa dari berbagai fakultas.
Kegiatan ini dibawakan oleh Rudi Nirwantono, S.Si., M.Mol.Bio., peneliti dan praktisi biologi molekuler dari BINUS University, yang telah berpengalaman dalam pengembangan teknologi DNA untuk sektor perikanan dan bioteknologi terapan. Dalam paparannya, Rudi menguraikan secara rinci bagaimana DNA mikrosatelit dapat digunakan untuk menganalisis variasi genetik antar populasi ikan, sebuah pendekatan penting dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan dan program pemuliaan (breeding) yang terarah.
“Dalam dunia perikanan modern, memahami struktur genetik sama pentingnya dengan memahami ekosistem perairan,” ujar Rudi Nirwantono di tengah sesi. “Dengan teknologi DNA, kita bisa mengetahui seberapa beragam genetik suatu populasi ikan, menentukan pasangan induk unggul, hingga merancang strategi konservasi yang lebih presisi. Ini adalah langkah menuju pengelolaan sumber daya yang benar-benar berbasis ilmu pengetahuan.”
Setelah penjelasan teori, sesi berlanjut dengan praktik langsung. Peserta diajak melakukan simulasi perancangan DNA microsatellite primer menggunakan perangkat lunak bioinformatika. Rudi dengan sabar membimbing peserta memahami proses identifikasi sekuens DNA, menentukan lokasi tandem repeat, dan merancang primer yang optimal untuk amplifikasi gen target.
Beberapa peserta tampak terpukau ketika melihat hasil rancangan primer mereka muncul di layar komputer, lengkap dengan parameter yang dapat diuji dan disesuaikan. Interaksi antara pembicara dan peserta berjalan dinamis, diwarnai diskusi tentang potensi penerapan hasil rancangan tersebut untuk penelitian nyata di bidang perikanan, bioteknologi, dan genetika populasi.
“Awalnya saya merasa bioteknologi terlalu jauh dari bidang saya,” ungkap salah satu peserta dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. “Namun setelah mengikuti sesi ini, saya sadar bahwa riset molekuler justru bisa menjadi kunci untuk menjawab banyak tantangan dalam budidaya dan konservasi ikan.”
Selain fokus pada aspek teknis, pelatihan ini juga menyoroti pentingnya sinergi antara kecerdasan buatan dan bioteknologi. Rudi menjelaskan bahwa di masa depan, AI dapat digunakan untuk mempercepat proses analisis sekuens DNA, memprediksi struktur gen, bahkan mengoptimalkan rancangan primer secara otomatis berdasarkan ribuan data genetika.
“Integrasi antara AI dan bioteknologi akan membawa revolusi besar dalam penelitian genetik,” tambahnya. “Dengan bantuan AI, analisis yang dulu memakan waktu berhari-hari bisa diselesaikan dalam hitungan menit, dan hasilnya jauh lebih akurat. Tantangannya sekarang adalah bagaimana kita, para peneliti, mampu memanfaatkan potensi itu dengan bijak dan bertanggung jawab.”
Kegiatan berlangsung hingga sore dengan suasana penuh semangat dan rasa ingin tahu. Moderator menutup sesi dengan refleksi singkat tentang pentingnya keberlanjutan pengetahuan dan kerja sama lintas bidang. Ditekankan bahwa pelatihan ini bukan hanya memperkenalkan teknologi, tetapi juga menumbuhkan budaya riset kolaboratif di lingkungan UNSOED.
“Melalui AI Fundamentals in Action, kita belajar bahwa inovasi tidak lahir dari satu disiplin saja. Dunia riset modern menuntut kita untuk saling berbagi ilmu, menggabungkan pendekatan komputasi, bioteknologi, dan keberlanjutan. Dari sinilah lahir penelitian yang tidak hanya canggih, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan,” tutur sang moderator menutup kegiatan.
Dengan berakhirnya sesi ini, rangkaian AI Fundamentals in Action resmi usai. Namun semangatnya terus bergema di kalangan peserta. Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, tetapi tonggak penting bagi UNSOED dalam menyiapkan generasi peneliti yang siap menghadapi era riset berbasis kecerdasan buatan dan bioteknologi molekuler. (AY)
