arsip FPIK

Purwokerto, 19 Desember 2025 — Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) kembali menyelenggarakan kegiatan Kuliah Umum sebagai bagian dari penguatan kompetensi mahasiswa. Mengangkat tema “Standar Operasional Prosedur dan Instrumen Survei Kelautan: Dasar, Fungsi, dan Penerapan”, kegiatan ini diikuti oleh sivitas akademika FPIK Unsoed, khususnya mahasiswa Ilmu Kelautan.

Kegiatan kuliah umum ini dibuka dengan sambutan dari Dekan FPIK Unsoed, Prof. Dr. Ir. Endang Hilmi, S.Hut., M.Si., IPU, serta dihadiri oleh jajaran pimpinan fakultas, yaitu Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Nuning Vita Hidayati, S.Pi., M.Si., Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Dr. Ir. Rose Dewi, S.Kel., M.Si., IPU., ASEAN Eng., dan Koordinator Program Studi S1 Ilmu Kelautan, Dr. Hartoyo, S.Pi., MT. Kegiatan ini juga dihadiri oleh para dosen dan tenaga kependidikan (tendik) FPIK Unsoed. Dalam sambutannya, Dekan FPIK Unsoed menegaskan bahwa penguasaan aspek teknis dan etika kerja lapangan merupakan bekal penting bagi calon sarjana kelautan. “Mahasiswa Ilmu Kelautan tidak cukup hanya memahami teori di kelas. Pemahaman SOP dan penggunaan instrumen survei secara benar adalah fondasi utama untuk menghasilkan data yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan,” ujar beliau.

Kuliah umum ini menghadirkan M. Al Daffa Priambodo Santoso, S.Kel, praktisi industri kelautan yang saat ini berkiprah sebagai Marine Technical Sales & Rental di PT Hidronav Tehnikatama (Jakarta). Sebagai alumni Ilmu Kelautan Unsoed periode 2019–2023 dengan fokus pada instrumentasi, pemateri membagikan pengalaman langsungnya dalam instalasi, pengoperasian, hingga dukungan teknis berbagai instrumen survei laut yang digunakan di lapangan.

Dalam paparannya, pemateri menekankan bahwa SOP bukan sekadar prosedur administratif, melainkan pedoman utama yang menentukan keselamatan kerja, efisiensi survei, serta kualitas data. “Instrumen secanggih apa pun tidak akan menghasilkan data yang baik jika SOP tidak dijalankan dengan benar,” ujar M. Al Daffa. Ia juga menambahkan bahwa pemahaman fungsi dan keterbatasan instrumen survei sangat penting agar data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan survei.

Diskusi dipandu oleh Agung Tri Nugroho, M.Si, yang mendorong terjadinya interaksi aktif antara pemateri dan peserta. Mahasiswa tampak antusias mengajukan pertanyaan, mulai dari tantangan teknis penggunaan instrumen di kondisi laut yang dinamis hingga peluang karier di bidang survei dan instrumentasi kelautan. Menanggapi hal tersebut, pemateri menyampaikan, “Latar belakang akademik Ilmu Kelautan sangat relevan dengan kebutuhan industri, terutama jika mahasiswa membekali diri dengan keterampilan teknis dan sikap profesional sejak dini.”

Peserta kuliah umum ini didominasi oleh mahasiswa FPIK Unsoed, khususnya mahasiswa yang tengah menempuh Mata Kuliah Etika Perikanan dan Kelautan serta Mata Kuliah Instrumentasi Kelautan. Kehadiran praktisi industri dalam kegiatan ini memberikan pengalaman belajar yang kontekstual, di mana mahasiswa tidak hanya memahami konsep dan teori yang dipelajari di kelas, tetapi juga melihat secara langsung bagaimana standar etika, SOP, dan instrumen survei kelautan diterapkan dalam kegiatan profesional di lapangan. Interaksi yang terbangun selama kegiatan mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis terhadap keterkaitan antara aspek akademik, keselamatan kerja, serta kualitas data survei.

Melalui penyelenggaraan kuliah umum ini, FPIK Unsoed menegaskan komitmennya dalam menyiapkan lulusan Ilmu Kelautan yang adaptif, beretika, dan siap bersaing di dunia kerja. Kegiatan ini diharapkan mampu memperluas wawasan mahasiswa mengenai standar kerja profesional di bidang survei kelautan, sekaligus menumbuhkan motivasi untuk terus mengembangkan kompetensi teknis, sikap profesional, dan integritas ilmiah sebagai bekal menghadapi tantangan sektor kelautan di masa depan. (AY)